Pesan
Cinta
Murid-murid kelas 3 SMP Harapan sudah memenuhi papan
pengumuman, mereka ingin segera mengetahui syarat untuk mengikuti seleksi olimpiade
Sosiologi tingkat nasional. Mereka membaca satu persatu syaratnya, sampai
akhirnya mereka membaca syarat utama mengikuti seleksi ini mereka harus lulus
seleksi sekolah terlebih dahulu. Mereka merasa syarat lulus seleksi sekolah
adalah hal yang berat, kemudian ada seorang murid kelas 3N SMP Harapan yang
berteriak “aku pasti bisa!” Semua murid kelas 3 yang mendengar suara itu
melirik pemilik suara itu, ternyata murid yang berteriak itu adalah Hani. Hani adalah murid kelas 3N SMP Harapan
yang tidak pernah membutuhkan motivasi, ia selalu optimis dan semangat dalam
melakukan aktivitasnya.
Besoknya seleksi sekolah pun dibuka dengan syarat
peserta yang boleh mengikuti seleksi adalah murid kelas 3 yang mendapat nilai
ulangan Sosiologi paling rendah 70. Jam pertama seleksi dimulai dari kelas 3B,
semua murid kelas 3B masuk ke ruangan lalu guru Sosiologi mereka mengumumkan
hasil ulangan Sosiologinya, ada 12 murid kelas 3B yang berhak mengikuti seleksi
sekolah. Dua jam kemudian Bu Vanila guru Sosiologi kelas 3N dan semua murid
kelas 3N termasuk Hani masuk ke ruangan, dua menit kemudian Bu Vanila
mengumumkan hasil ulangan kelas 3N, namun ketika semua nama telah dibacakan tidak terdengar
nama Hani sebagai murid yang mendapat nilai di atas 70 ataupun nilai 70. Semua
murid kaget karena biasanya Hani selalu masuk ke daftar murid yang mendapat
nilai di atas 70 bahkan Hani pernah mendapat nilai ulangan sosiologi terbesar
di antara murid kelas 3. Hani hanya bisa menahan tangisnya lalu berlari keluar
ruangan, ia tidak menyangka hasilnya akan seperti itu. Hani tidak pernah
mendapat nilai seburuk itu dalam pelajaran Sosiologi. Besoknya seleksi sekolah
ditutup karena sekolah telah mendapat murid yang lulus seleksi sekolah, tes
sudah diberikan kemarin saat semua kelas telah mengumumkan nilai ulangan Sosiologi
masing-masing. Hani yang mengetahui itu, hanya bisa memaki dirinya, bagi Hani
bisa mengikuti olimpiade Sosiologi tingkat nasional adalah impiannya ,ia ingin
merasakan menjadi peserta olimpiade Sosiologi tingkat nasional. Nilai Sosiologi
yang buruk kini selalu terbayang di benak Hani, Hani yang optimis berubah
menjadi pesimis. Ia tidak bersemangat lagi dalam menjalani aktivitasnya. Ia
masuk ke kelas tanpa ekspresi, hari ini mata pelajaran pertama nya adalah
sosiologi. Bu Vanila pun masuk ke kelas dan kemudian mulai menjelaskan
materi tentang interaksi sosial. Bu Vanila yang selalu ekspresif mulai menatap
Hani dengan pandangan sendu. Hani membalas tatapan Bu Vanila dengan tatapan nanar, tiba-tiba
Bu Vanila tidak bisa menahan tangisnya.
“Anak-anak ibu keluar kelas dulu ya sebentar.” ucap Bu Vanila
Semua
muridnya mengiyakan kecuali Hani yang tidak menjawab, ia hanya
menatap wajah gurunya dengan tatapan
nanar. Bu Vanila pun pergi keluar kelas lalu ia menangis,
ia sedih melihat Hani seperti itu ,ia masih ingat kalau Hani adalah murid yang
pandai, Hani
sangat menyukai sosiologi. Bu Vanila pun mencari ide untuk menghibur
Hani, hal ini ia lakukan karena Bu Vanila tidak pernah bisa melihat muridnya sedih. Bu
Vanila pun segera menyapu air matanya dengan tisu, kemudian bergegas masuk ke
kelas. Setelah dua jam Bu Vanila menjelaskan materi interaksi sosial, bel istirahat
berbunyi. Semua murid terlihat semangat
karena bel yang ditunggu-tunggu berbunyi, Bu Vanila yang melihat semangat
murid-muridnya langsung mengakhiri materi interaksi sosialnya. Hani yang
biasanya ikut semangat saat mendengar bel hanya keluar kelas tanpa semangat. Bu Vanila sangat
tidak tahan melihatnya. Bu Vanila terus berpikir bagaimana cara menghibur muridnya
ini, tiba-tiba di perjalananan menuju ruang guru, Bu Vanila bertemu Pak Dana
dan Pak Hasan.
“Bu vanila kenapa? seperti ada yang Ibu
pikirkan?” tanya
Pak Dana.
Bu
Vanila pun menjawab, iya
Pak saya memikirkan Hani, murid kelas Sosiologi saya. Pak Dana pun heran,
karena setahunya Hani adalah murid yang pandai di bidang Sosiologi.
“Hani dia anak yang
pandai kan Bu?”
tanya Pak Dana.
“Iya dia murid yang pandai, semua orang tahu
kalau dia sangat pandai terutama dalam pelajaran Sosiologi,” jawab Bu Vanila
sambil menahan tangisnya.
Pak
Dana dan Pak Hasan masih belum tahu apa yang telah
terjadi, kemudian Bu Vanila menceritakan apa yang terjadi dengan Hani, Pak Dana dan Pak Hasan langsung ikut
menangis, karena mereka teringat Hani saat diajarnya adalah murid yang periang juga
dan termasuk murid yang pandai dalam pelajaran Bahasa Inggris, dan pelajaran Olahraga. Dia
tidak pernah kena remedial. Saat Pak Dana, Pak Hasan dan Bu Vanila sedang asyik
bercerita mengenai Hani terdengar suara bel tanda masuk kelas, Pak Dana pun berkata
kepada Bu Vanila dan Pak Hasan,
“Kita lanjutkan nanti
ya, saya akan mengajar bahasa
Inggris dulu dan pas
sekali jadwal saya hari ini di kelas Hani.” Pak Hasan dan Bu Vanila menjawab dengan kompak.
“Baik
pak, silakan mengajar dahulu
dan coba bapak perhatikan apakah Hani juga tidak semangat terhadap mata pelajaran yang bapak
ajar?” ucap Bu Vanila.
Pak
Dana pun mulai berjalan meninggalkan kedua temannya
sambil mengucapkan ”kalau Hani tidak semangat
dalam pelajaran saya, saya akan meminta dia keluar kelas untuk cuci muka.”
Hani dan semua murid kelas 3N masuk ke kelas untuk
belajar bahasa Inggris, kemudian Pak Dana masuk ke kelas dan memulai materi
speaking hari ini,
“How
are you today?”
tanya Pak Dana.
kemudian semua murid menjawab kecuali Hani “I
am fine thank you Sir?”
“Hani what's wrong with you ? tanya Pak Dana.
Hani hanya memalingkan matanya
dari tatapan Pak Dana, Pak Dana
kesal dengan Hani karena begitu tidak sopan dan Hani tidak bersemangat,
akhirnya dia meminta Hani keluar untuk mencuci muka. Hani pun menurut lalu ia
pergi dari kelas untuk mencuci muka, setelah satu menit ia pergi dari kelas
akhirnya Hani kembali tapi tidak ada perubahan pada ekspresi wajahnya, masih
tidak bersemangat. Pak Dana pun bertanya ke semua muridnya kali ini dengan
bahasa Indonesia,
“Murid-muridku kalian tahu kekurangan bapak, bapak punya sifat mudah kesal?” tapi apa kalian tahu kelebihan bapak?” tanya Pak Dana.
Semua
murid hanya bisa berkata tidak tahu pak, kali ini Hani pun ikut menjawab. “Omongan bapak ini
punya makna, maknanya adalah setiap orang punya kekurangan, tapi mereka juga punya kelebihan.” Ucap Pak Dana dengan bijak. Hani
begitu serius mendengar omongan Pak Dana.
“Contohnya ketika orang punya kekurangan,
yaitu tidak bisa bicara depan umum tapi ternyata orang juga punya kelebihan membuat
puisi jadi kita harus menunjukan kelebihan kita karena kita tidak hanya punya
kekurangan,”
ucap Pak Dana
Hani
pun mulai mengerti maksud Pak
Dana, ia harus menunjukan kelebihannya dan menutupi
kekurangannya, tapi ingatan tentang kegagalannya
membuat wajahnya tidak bisa tersenyum. Bel pulang pun berbunyi tanda mata
pelajaran harus di akhiri, Pak Dana
pun pamit dan mengakhiri mata pelajaran hari itu. Pak Dana yang keluar kelas
terlebih dulu, tiba tiba kaget karena Bu Vanila dan Pak Hasan membawa banyak sekali sticky notes kepadanya.
“Begini pak saya merasa
Hani harus di semangati oleh kita, sticky notes ini adalah pesan cinta kita semua untuk Hani.” kata Bu Vanila
Mereka akhirnya memberikan sticky notes itu kepada Hani ketika mereka sedang mengajar Hani. Sticky notes pertama diberikan Pak Dana
dan bertuliskan ‘Jangan sia siakan waktumu dengan terus
memikirkan masa lalu!’ lalu
kemudian ketika pelajaran Olahraga ,Hani mendapat sticky notes lagi dari Pak Hasan yang isinya ‘harus semangat, tidak
boleh menyerah!’ Semua kata-kata ini membuat Hani mulai
berpikir bahwa selama ini dia telah menyia menyiakan waktu dan dia sudah hampir menyerah.
Tidak lama Bu Vanila datang menghampiri Hani dan memberikan sticky notes lagi buat Hani, kali
ini kata-kata nya membuat Hani menangis.
‘Kamu gagal meraih
impianmu kali ini? bukan berarti kamu tak bisa buat impian baru kan.’ Hani hanya bisa
memeluk Bu Vanila sejujurnya Hani terkejut karena Bu Vanila memberikan
pesan itu padanya, Hani menfavoritkan Bu Vanila sebagai guru sosiologi kesayangannya, Hani mulai berani
mengatakan sebenarnya ia malu kepada Bu Vanila karena dia gagal memenuhi syarat ikut seleksi sekolah untuk mengikuti
olimpiade Sosiologi tingkat
nasional. Bu Vanila pun berkata “kamu tak perlu
khawatir karena kegagalan kamu, kamu bisa punya impian baru dan tiga bulan lagi UN, kamu sekarang fokus pada UN supaya
bisa dapat nilai UN yang
bagus.” Hani pun mengangguk, ia akhirnya kembali optimis.
Bu Vanila pun bergegas ke ruang guru, kemudian Bu Vanila
menceritakan kejadian hari ini pada Pak Dana, dan Pak Hasan. Pak Hasan tiba-tiba mempunyai ide untuk
disampaikan kepada kepala sekolah, yaitu memberlakukan pesan cinta melalui sticky note kepada semua murid SMP
Harapan, kemudian Pak Hasan menemui kepala sekolah untuk menyampaikan idenya,
kepala sekolah setuju dan mulai detik ini pesan cinta diberlakukan bagi semua guru
SMP Harapan kepada muridnya.
Tiga
bulan kemudian Hani dan murid kelas 3
sudah bersiap memulai ujian nasional dengan sistem komputer dan
mata pelajaran yang ia kerjakan lebih dahulu adalah sosiologi, mata pelajaran favoritnya.
Hani mulai mengisi soal dengan antusias dan dua jam kemudian bel tanda ujian
berakhir berbunyi, semua murid harus berhenti menyelesaikan soal yang mereka
masih kerjakan. Tiba-tiba keluarlah hasil ujian mereka. Hani sangat terkejut
karena mendapat nilai 100
dalam mata pelajaran Sosiologi,
air matanya tak bisa ia tahan, ia teringat bahwa kegagalan tidak berarti tidak
mempunyai impian baru, matanya
terus mengeluarkan air mata karena ia sangat senang dapat meraih
impian barunya. Setelah hasil
ujian keluar, speaker
sekolah pun berbunyi
“Kami akan mengumumkan
peraih nilai ujian terbesar mata
pelajaran sosiologi yaitu Hani dari
kelas 3N,kepada Hani silakan ke lapangan untuk mengambil hadiahnya.”
Hani pun berdiri dari kursinya
dan menuju lapangan untuk mendapat hadiah dari sekolah berupa uang tunai, piala serta Hani otomatis diterima
sebagai siswa SMA Bangsa, SMA Bangsa adalah SMA favorit yang
sangat diimpikan Hani, Hani pun menyampaikan pidatonya. “Saya
sejujurnya tidak menyangka bisa berdiri disini mendapat hadiah serta nilai yang
sempurna dalam pelajaran favorit saya, saya teringat saya pernah jatuh dan
ada yang selalu memberi saya semangat dengan pesan cinta buatannya baik di
kertas ataupun obrolan di kelas terimakasih untuk Bu Vanila, Pak Hasan dan Pak Dana, terimakasih
karena ibu dan bapak telah memberikan motivasi untuk saya. Terima kasih juga untuk semua guru-guru yang selama 7
bulan ini memberikan pesan cinta
untuk semua murid-muridnya ini motivasi bagi kami,
Hani pun menutup pidatonya dengan ucapan “kalian adalah pahlawan kami.”