Minggu, 27 Januari 2019

Pesan Cinta




Pesan Cinta
Murid-murid kelas 3 SMP Harapan sudah memenuhi papan pengumuman, mereka ingin segera mengetahui syarat untuk mengikuti seleksi olimpiade Sosiologi tingkat nasional. Mereka membaca satu persatu syaratnya, sampai akhirnya mereka membaca syarat utama mengikuti seleksi ini mereka harus lulus seleksi sekolah terlebih dahulu. Mereka merasa syarat lulus seleksi sekolah adalah hal yang berat, kemudian ada seorang murid kelas 3N SMP Harapan yang berteriak “aku pasti bisa!” Semua murid kelas 3 yang mendengar suara itu melirik pemilik suara itu, ternyata murid yang berteriak itu adalah Hani.  Hani adalah murid kelas 3N SMP Harapan yang tidak pernah membutuhkan motivasi, ia selalu optimis dan semangat dalam melakukan aktivitasnya.
Besoknya seleksi sekolah pun dibuka dengan syarat peserta yang boleh mengikuti seleksi adalah murid kelas 3 yang mendapat nilai ulangan Sosiologi paling rendah 70. Jam pertama seleksi dimulai dari kelas 3B, semua murid kelas 3B masuk ke ruangan lalu guru Sosiologi mereka mengumumkan hasil ulangan Sosiologinya, ada 12 murid kelas 3B yang berhak mengikuti seleksi sekolah. Dua jam kemudian Bu Vanila guru Sosiologi kelas 3N dan semua murid kelas 3N termasuk Hani masuk ke ruangan, dua menit kemudian Bu Vanila mengumumkan hasil ulangan kelas 3N, namun ketika semua nama telah dibacakan tidak terdengar nama Hani sebagai murid yang mendapat nilai di atas 70 ataupun nilai 70. Semua murid kaget karena biasanya Hani selalu masuk ke daftar murid yang mendapat nilai di atas 70 bahkan Hani pernah mendapat nilai ulangan sosiologi terbesar di antara murid kelas 3. Hani hanya bisa menahan tangisnya lalu berlari keluar ruangan, ia tidak menyangka hasilnya akan seperti itu. Hani tidak pernah mendapat nilai seburuk itu dalam pelajaran Sosiologi. Besoknya seleksi sekolah ditutup karena sekolah telah mendapat murid yang lulus seleksi sekolah, tes sudah diberikan kemarin saat semua kelas telah mengumumkan nilai ulangan Sosiologi masing-masing. Hani yang mengetahui itu, hanya bisa memaki dirinya, bagi Hani bisa mengikuti olimpiade Sosiologi tingkat nasional adalah impiannya ,ia ingin merasakan menjadi peserta olimpiade Sosiologi tingkat nasional. Nilai Sosiologi yang buruk kini selalu terbayang di benak Hani, Hani yang optimis berubah menjadi pesimis. Ia tidak bersemangat lagi dalam menjalani aktivitasnya. Ia masuk ke kelas tanpa ekspresi, hari ini mata pelajaran pertama nya adalah sosiologi. Bu Vanila pun masuk ke kelas dan kemudian mulai menjelaskan materi tentang interaksi sosial. Bu Vanila yang selalu ekspresif mulai menatap Hani dengan pandangan sendu. Hani membalas tatapan Bu Vanila  dengan tatapan nanar, tiba-tiba Bu Vanila tidak bisa menahan tangisnya.
“Anak-anak ibu keluar kelas dulu ya sebentar. ucap Bu Vanila
Semua muridnya mengiyakan kecuali Hani yang tidak menjawab, ia hanya menatap wajah gurunya dengan tatapan nanar. Bu Vanila pun pergi keluar kelas lalu ia menangis, ia sedih melihat Hani seperti itu ,ia masih ingat kalau Hani adalah murid yang pandai, Hani sangat menyukai  sosiologi. Bu Vanila pun mencari ide untuk menghibur Hani, hal ini ia lakukan karena Bu Vanila tidak pernah bisa melihat muridnya sedih. Bu Vanila pun segera menyapu air matanya dengan tisu, kemudian bergegas masuk ke kelas. Setelah dua jam Bu Vanila menjelaskan materi interaksi sosial, bel istirahat berbunyi. Semua murid terlihat semangat karena bel yang ditunggu-tunggu berbunyi, Bu Vanila yang melihat semangat murid-muridnya langsung mengakhiri materi interaksi sosialnya. Hani yang biasanya ikut semangat saat mendengar bel hanya keluar kelas tanpa semangat. Bu Vanila sangat tidak tahan melihatnya. Bu Vanila terus berpikir bagaimana cara menghibur muridnya ini, tiba-tiba di perjalananan menuju ruang guru, Bu Vanila bertemu Pak Dana dan Pak Hasan.
Bu vanila kenapa? seperti ada yang Ibu pikirkan?tanya Pak Dana.
Bu Vanila pun menjawab, iya Pak saya memikirkan Hani, murid kelas Sosiologi saya. Pak Dana pun heran, karena setahunya Hani adalah murid yang pandai di bidang Sosiologi.
Hani dia anak yang pandai kan Bu? tanya Pak Dana.
 “Iya dia murid yang pandai, semua orang tahu kalau dia sangat pandai terutama dalam pelajaran Sosiologi,” jawab Bu Vanila sambil menahan tangisnya.
Pak Dana dan Pak Hasan masih belum tahu apa yang telah terjadi, kemudian Bu Vanila menceritakan apa yang terjadi dengan Hani, Pak Dana dan Pak Hasan langsung ikut menangis, karena mereka teringat Hani saat diajarnya adalah murid yang periang juga dan termasuk murid yang pandai dalam pelajaran Bahasa Inggris, dan pelajaran Olahraga. Dia tidak pernah kena remedial. Saat Pak Dana, Pak Hasan dan Bu Vanila sedang asyik bercerita mengenai Hani terdengar suara bel tanda masuk kelas, Pak Dana pun berkata kepada Bu Vanila dan Pak Hasan,
Kita lanjutkan nanti ya, saya akan mengajar bahasa Inggris dulu dan pas sekali jadwal saya hari ini di kelas Hani.” Pak Hasan dan Bu Vanila menjawab dengan kompak.
 Baik pak, silakan mengajar dahulu dan coba bapak perhatikan apakah Hani juga tidak semangat terhadap mata pelajaran yang bapak ajar?” ucap Bu Vanila.
Pak Dana pun mulai berjalan meninggalkan kedua temannya sambil mengucapkan ”kalau Hani tidak semangat dalam pelajaran saya, saya akan meminta dia keluar kelas untuk cuci muka.”  
Hani dan semua murid kelas 3N masuk ke kelas untuk belajar bahasa Inggris, kemudian Pak Dana masuk ke kelas dan memulai materi speaking hari ini,
How are you today? tanya Pak Dana.
kemudian semua murid menjawab kecuali Hani I am fine thank you Sir?”  
 Hani what's wrong with you ? tanya Pak Dana.
 Hani hanya memalingkan matanya dari tatapan Pak Dana, Pak Dana kesal dengan Hani karena begitu tidak sopan dan Hani tidak bersemangat, akhirnya dia meminta Hani keluar untuk mencuci muka. Hani pun menurut lalu ia pergi dari kelas untuk mencuci muka, setelah satu menit ia pergi dari kelas akhirnya Hani kembali tapi tidak ada perubahan pada ekspresi wajahnya, masih tidak bersemangat. Pak Dana pun bertanya ke semua muridnya kali ini dengan bahasa Indonesia,
 “Murid-muridku kalian tahu kekurangan bapak, bapak punya sifat  mudah kesal?” tapi apa kalian tahu kelebihan bapak?”  tanya Pak Dana.
Semua murid hanya bisa berkata tidak tahu pak, kali ini Hani pun ikut menjawab. Omongan bapak ini punya makna, maknanya adalah setiap orang punya kekurangan, tapi mereka juga punya kelebihan.” Ucap Pak Dana dengan bijak. Hani begitu serius mendengar omongan Pak Dana.
“Contohnya ketika orang punya kekurangan, yaitu tidak bisa bicara depan umum tapi ternyata orang juga punya kelebihan membuat puisi jadi kita harus menunjukan kelebihan kita karena kita tidak hanya punya kekurangan,” ucap Pak Dana
Hani pun mulai mengerti maksud Pak Dana, ia harus menunjukan kelebihannya dan menutupi kekurangannya, tapi ingatan tentang kegagalannya membuat wajahnya tidak bisa tersenyum. Bel pulang pun berbunyi tanda mata pelajaran harus di akhiri, Pak Dana pun pamit dan mengakhiri mata pelajaran hari itu. Pak Dana yang keluar kelas terlebih dulu, tiba tiba kaget karena Bu Vanila dan Pak Hasan membawa banyak sekali sticky notes kepadanya.
“Begini pak saya merasa Hani harus di semangati oleh kita, sticky notes ini adalah pesan cinta kita semua untuk Hani. kata Bu Vanila
Mereka akhirnya memberikan sticky notes itu kepada Hani ketika mereka sedang mengajar Hani. Sticky notes pertama diberikan Pak Dana dan bertuliskan ‘Jangan sia siakan waktumu dengan terus memikirkan masa lalu!’ lalu kemudian ketika pelajaran Olahraga ,Hani mendapat sticky notes lagi dari Pak Hasan yang isinya ‘harus semangat, tidak boleh menyerah!’ Semua kata-kata ini membuat Hani mulai berpikir bahwa selama ini dia telah menyia menyiakan waktu dan dia sudah hampir menyerah. Tidak lama Bu Vanila datang menghampiri Hani dan memberikan sticky notes lagi buat Hani, kali ini kata-kata nya membuat Hani menangis. Kamu gagal meraih impianmu kali ini? bukan berarti kamu tak bisa buat impian baru kan.’ Hani hanya bisa memeluk Bu Vanila sejujurnya Hani terkejut karena Bu Vanila memberikan pesan itu padanya, Hani menfavoritkan Bu Vanila sebagai guru sosiologi kesayangannya, Hani mulai berani mengatakan sebenarnya ia malu kepada Bu Vanila karena dia gagal memenuhi syarat ikut seleksi sekolah untuk mengikuti olimpiade Sosiologi tingkat nasional. Bu Vanila pun berkata kamu tak perlu khawatir karena kegagalan kamu, kamu bisa punya impian baru dan tiga bulan lagi UN, kamu sekarang fokus pada UN supaya bisa dapat nilai UN yang bagus.” Hani pun mengangguk, ia akhirnya kembali optimis. Bu Vanila pun bergegas ke ruang guru, kemudian Bu Vanila menceritakan kejadian hari ini pada Pak Dana, dan Pak Hasan. Pak Hasan tiba-tiba mempunyai ide untuk disampaikan kepada kepala sekolah, yaitu memberlakukan pesan cinta melalui sticky note kepada semua murid SMP Harapan, kemudian Pak Hasan menemui kepala sekolah untuk menyampaikan idenya, kepala sekolah setuju dan mulai detik ini pesan cinta diberlakukan bagi semua guru SMP Harapan kepada muridnya.
Tiga  bulan kemudian Hani dan murid kelas 3 sudah bersiap memulai ujian nasional dengan sistem komputer dan mata pelajaran yang ia kerjakan lebih dahulu adalah sosiologi, mata pelajaran favoritnya. Hani mulai mengisi soal dengan antusias dan dua jam kemudian bel tanda ujian berakhir berbunyi, semua murid harus berhenti menyelesaikan soal yang mereka masih kerjakan. Tiba-tiba keluarlah hasil ujian mereka. Hani sangat terkejut karena mendapat nilai 100 dalam mata pelajaran Sosiologi, air matanya tak bisa ia tahan, ia teringat bahwa kegagalan tidak berarti tidak mempunyai impian baru, matanya terus mengeluarkan air mata karena ia sangat senang dapat meraih impian barunya. Setelah hasil ujian keluar, speaker sekolah pun berbunyi
Kami akan mengumumkan peraih nilai ujian terbesar mata pelajaran sosiologi yaitu Hani dari kelas 3N,kepada Hani silakan ke lapangan untuk mengambil hadiahnya.
 Hani pun berdiri dari kursinya dan menuju lapangan untuk mendapat hadiah dari sekolah berupa uang tunai, piala serta Hani otomatis diterima sebagai siswa SMA Bangsa, SMA Bangsa adalah SMA favorit yang sangat diimpikan Hani, Hani pun menyampaikan pidatonya. “Saya sejujurnya tidak menyangka bisa berdiri disini mendapat hadiah serta nilai yang sempurna dalam pelajaran favorit saya, saya teringat saya pernah jatuh dan ada yang selalu memberi saya semangat dengan pesan cinta buatannya baik di kertas ataupun obrolan di kelas terimakasih untuk Bu Vanila, Pak Hasan dan Pak Dana, terimakasih karena ibu dan bapak telah memberikan motivasi untuk saya. Terima kasih juga untuk semua guru-guru yang selama 7 bulan ini memberikan pesan cinta untuk semua murid-muridnya ini motivasi bagi kami, Hani pun menutup pidatonya dengan ucapan kalian adalah pahlawan kami.”